MUHARAM : #CerpenSantri

“Assalamu’alaikum anak-anak!” sapa seorang guru berkerudung putih panjang kepada seisi kelas.

“Wa’alaikumsalam Bu Laini!” balas seisi kelas.

“Hari ini, kita akan belajar tentang sejarah penyerbuan bangsa Mongolia ke Baghdad. Penyerbuan yang mengakibatkan Baghdad disebut kota mati selama berbulan-bulan. Baghdad memiliki perpustakaan terbesar di seluruh dunia saat itu, diisi dengan buku-buku dengan beragam genre. Akan tetapi, sebelum Ibu berbicara panjang lebar tentang topik ini, Ibu akan memberikan pengumuman tentang acara besok, peringatan awal Muharram. Queensha!, bisa tolong bantu ibu untuk membagikan surat-surat ini?” Tanya Bu Lani kepada ketua kelas.

“Baik bu,” ucap seorang gadis manis berkerudung putih, asal keturunan Turki-Spanyol, Queensha Nurul Jannah.

Queensha atau biasa dipanggil Queen atau Sasha, maju ke depan untuk mengambil surat-surat itu dan membagikannya kepada teman-temannya. Setelah selesai, Bu Lani pun menceritakan tentang sejarah penyerbuan bangsa Mongolia ke Baghdad.

“Queensha!” panggil seorang gadis cantik berkulit putih, asal keturunan Jawa-Inggris, saat pulang sekolah.

“Wa’alaikumsalam, ucap salam dulu dong Liza!” ucap Queensha gemas.

Gadis itu, Eliza. Atau nama lengkapnya Elizabeth Khaira Rahimah, hanya termangu lama.

“eh iya lupa, Assalamu’alaikum!” ucap Liza baru sadar.

“Wa’alaikumsalam. Nah, gitu dong!” ucap Queensha senang.

“Eh Sha, kamu lihat Isabel ngak?”Tanya Liza

“Ngak, lagian aku dari tadi tidak sama dia” ucap Queensha sambil mengangkat bahu.

“Assalamu’alaikum!” sapa seseorang, Isabel.

“Wa’alaikumsalam, panjang umur!” ucap Liza dan Queensha bersamaan

“Hah? Maksudnya?” Isabel melongo

“Ya, panjang umur. Baru juga diomongin udah datang. Kaya yang datang ngak diantar, pulang ngak diundang” ucap Liza

Pletak!

“yang benar itu, datang ngak diundang, pulang ngak diantar” ucap Queensha, Liza mengelus keningnya yang memerah.

“Emang kamu kira aku jelangkung?” kesal Isabel

“Yaa, emang mirip kan?” polos Liza

Pletak!

“kok aku dijitak terus sih? Dengarin ya teman-teman, kata Bu Lani, kepala itu firtah” ucap Liza, sok bijak.

“Fitrah Liza!” gemar Isabel dan Queensha.

“Sama aja kan? Cuma terbalik hurufnya aja” ucap Liza enteng.

Queensha dan Isabel mendengus sebal. Satu lagi teman atau sahabat Queensha, namanya Isabella Rosetta Zahara, gadis manis, asal keturunan Jawa-Italia.

“Eh, sabel, Queensha. Kalian besok ikut acara jalan sehat ngak” Tanya Liza.

“Yang acaranya menyamput bulan Muharam kan?” Tanya Queensha balik.

Liza mengangguk, Queensha dan Isabel mengacungkan jempol, pertanda ‘kami ikut’.

“Kita ketemuan di mana nih?” Tanya Eliza.

“Di rumah aku aja” usul Queensha.

“Oke!” usul Queensha cepat. Isabel mengangguk, kalem.

Akhirnya mereka berpisah di perempatan.

Tok… Tok…

“Assalamu’alaikum. Ma, Pa, bang” ucap Queensha sambil masuk ke dalam rumah.

“Wa’alaikumsalam!” balas semuanya.

“Sasha, setelah ganti baju langsung turun ya! Makan dulu” ucap mama.

“ya ma” balas Queensha.

Queensha segera menaruh tas, sepatu, dan langsung mengganti seragam dengan T-shirt putih panjang dan celana hitam panjang. Queensha pun segera turun ke ruang makan.

“ma, pa, besok ada jalan sehat di sekolah dalam rangka menyambut bulan Muharam. Ini suratnya” ucap Queensha sambil menyerahkan amplop putih.

“oh iya ma, pa. dan juga, besok kan Sasha berangkat bareng Isabel dan Eliza. Tapi kumpulnya di sini, boleh kan?” Tanya Queensha memasang puppy eyes nya.

Seseorang tersedak, semua menoleh ke arah laki-laki berumur 20 tahun di samping Queensha, abangnya Queensha, Muhammad Kaisar Al-Husein.

“Kenapa bang?” Tanya Queensha sambil mengambilkan minuman untuk abangnya.

“Ngak, ngak kenapa-kenapa.” Elak bang Kaisar, atau biasa dipanggil bang Ical.

“Kok muka abang merah?” Tanya Queensha heran.

“Ngak kok, teman kamu si cerewet sama si kalem itu ya?” bang Ical mangalihkan pembicaraan.

“Ya, si Isabel sama Eliza” ucap Queensha curiga, ia menatap abangnya dengan sorot menyelidik.

“Oh iya, Isabel” ingat bang Ical.

“Abang suka ya, sama Isabel?” Tanya Queensha. Bang Ical diam.

“Kalau suka, abang pesan aja sama orang tuanya. Nanti keburu diambil orang, baru tau rasa” ucap Queensha.

Pletak!!!

Queensha mengaduh sambil mengelus keningnya.

“Pesan-pesan, emang kamu kira dia barang?” ucap bang Ical sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

“Ngak kok, maksudnya kan ngelamar bang. Eh, berarti abang ngakuin kalau suka?” goda Queensha. Bang Ical tersedak.

“Abang kesedak terus, banyak dosa ya?” Tanya Queensha polos.

“Adek durhaka kamu ya Sha. Abangnya kesedak, malah dibilang banyak dosa” kesal bang Ical.

“Kalau suka, ta’aruf, jangan pacaran bang” nasehat Queensha sok bijak.

“Emang siapa yang mau pacaran?” Tanya bang Ical.

“Abanglah” ucap Queensha.

‘Udah-udah berantem terus. Cepat habiskan makanan kalian!”ucap mama

Akhinya suasana menjadi sunyi

Besoknya…

“Assalamu’alaikum! Queensha!” ucap Eliza, sedangkan Isabel diam di belakangnya.

“Wa’alaikumsalam” yang menjawab bang Ical.

Pintu terbuka

“Queensha ada ngak kak Kaisar?” Tanya Eliza

“Ada di atas” ucap bang Ical menunduk.

“Sebentar bel, liz! Masuk aja dulu!” teriak Queensha dari atas.

Bang Ical membuka pintu lebar lebar. Eliza dan Isabel pun masuk.

“Astaghfirullahul’adzim, jaga mata Sar. nanti dosa, batin seseorang, yang kalian pasti tau siapa.

Bang Ical pun menutup pintu dan segera naik ke kamar.

“Maaf, kelamaan. Ayo berangkat,” ucap Queensha yang baru datang dari kamar.

“Ayo!” ucap Eliza, Isabel mengangguk.

‘Ma, pa, bang. Queensha dan teman-teman berangkat dulu. Assalamu’alaikum!” teriak Queensha.

“Wa’alaikumsalam!” jawab yang di dalam.

Queensha, Eliza dan Isabel segera menyusuri jalan ke sekolah sambil bercanda-canda.

“Anak-anak langsung baris ya!” ucap pak Davian.

Queensha dan teman-temannya segera masuk barisan saat mereka sampai.

“Nah, sudah semua kan?. Kita mulai ya, setelah ini kita akan keliling dari sekolah sampai komplek perumahan Permatasari. Setelah itu, kembali ke sekolah. Jangan ada yang pulang dulu, nanti kalian dapat konsumsi. Nah, sebelum jalan, bapak akan berikan kupon ke kalian. Ini buat doorpress setelah jalan, oke anak-anak?”Tanya pak Davian.

“Oke pak!” jawab anak-anak serempak.

“Dimulai dari barisan sebelah kanan!, sambil shalawat ya!” pesan pak Davian.

“Baik pak” ucap barisan yang kanan.

Dengan tertip dan berurutan, mereka keluar dari gerbang SMA Angkasa.

Shalatullah salamullah

‘Ala thoha rasulillah

Shalatullah salamullah

‘Ala yasin habibillah

Gema shalawat terdengar dari barisan terdepan, hingga barisan belakang. Terkadang, anak-anak kecil yang sedang main ikut-ikutan bershalawatan. Seperti maulid nabi saja ya?, memang seperti inilah acara penyambutan bulan Muharam di sekitar rumah Queensha, Eliza dan Isabel.

“Queensha!” panggil Isabel.

“Kenapa?” Tanya Queensha.

“Menurutmu, bukankah acara ini tak semeriah dulu, yang ada tabuhan gendangnya,” tanya Isabel sedih.

“Ya, dulu kan kita bersama Ust. Khoiril Adnan” balas Queensha ikut sedih.

Eliza yang mendengar pun menghela nafas. Entah kenapa Muharam kali ini mereka merasa lesu dan tidak bersemangat. Akhirnya, mereka tidak bicara lagi sampai tiba di sekolah kembali.

“Berapa nomormu?” akhirnya Eliza angkat bicara.

“265” ucap Queensha.

“230” ucap Isabel.

“Kamu Liz?” Tanya Queensha.

“242” ucap Eliza.

“Anak-anak, pembagian doorpress akan dilakukan di aula” pak Davian memberi pengumuman.

Setelah mengambil konsumsi, ketiga sahabat tersebut segera menuju aula.

“Nah, anak-anak. di sini kami akan mengocok kertas-kertas yang ada di dalam kotak kaca. Setelahnya, salah satu dari kami akan mengambil salah satunya. Yang dibacakan nomornya, maju kedepan ya!” ucap panitia.

Saat melihat ke depan, Queensha agak terkejut melihat abangnya di sana. Sepertinya panitianya diambil dari pemuda-pemuda di sekitar sekolah.

Kotak kaca digoyangkan, agar kertasnya tercampur. Dan yang pertama mengambilnya adalah bang Ical, atau biasa dipanggil khalayak umum, kak Kaisar.

“230!” ucap kak Kaisar.

Queensha dan Eliza serempak menoleh ke arah Isabel

“Jodoh kali ya” batin Queensha

Queensha yang mengenal abangnya, bisa melihat kalau abangnya terkejut saat melihat Isabel maju, tapi ditutupi.

“Selanjutnya, 273” seru panitia lain.

Seorang anak maju, selalu seperti itu hingga bingkisan hadiahnya habis.

“Yah, kita ngak dapat sha” ucap Eliza.

“Ngak apa-apa” aku sih sedihnya, gara-gara anak zaman sekarang jarang ada yang ikut acara seperti ini. Alasannya bosan, malas, ngantuk dan banyak lagi. Tapi kalau diajak nonton bioskop, nonton konser, pokoknya yang buat dosa, malah senang” keluh Queensha saat mereka beranjak pulang.

“Kau benar sha” ucap Eliza dan Isabel.

“Kalau begitu mulai saat ini, kita ajak anak-anak yang lain, ajari mereka perlahan-lahan tentang arti dari ikhlas, mereka pasti mau ikut kita” ucap Queensha.

“Benar, kalau kita pakai kekerasan, yang  ada nanti mereka balas” tambah Isabel

Mereka bertiga mengangguk.

“Ayo kita ajak anak-anak yang lain untuk ikut acara-acara seperti ini. Dengan mengharap ridha Allah, bukan karena seru atau tidaknya.” Ucap Queensha sambil mengepalkan tangan.

“Ya!” ucap Eliza dan Isabel.

“Semangat!” seru Queensha.

“Semangat!” balas Eliza dan Isabel.

Mereka bertiga pun tos bersama…