KETIKA HATI MENASIHATI DIRI TENTANG SANG BUAH HATI

0 Comments

Sumber gambar: https://www.kompasiana.com/afifahfarah/606a1e0f8ede4871f32f1052/bagaimana-konsep-dan-fungsi-keluarga-muslim-dalam-perkembangan-peradaban

ADZKIA—Mendidik memang tak mudah, butuh perjuangan, ketulusan, dan kesabaran yang lebih agar apa yang kita sampaikan dapat diterima oleh putra dan putri kita.

Selain itu, dibutuhkan pula ketauladanan yang tulus dari kita sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan. Tentunya ketauladanan tanpa rekayasa, ketauladanan yang murni, yaitu ketauladanan tanpa berharap ingin ditauladani. Karena ketauladan yang berdampak adalah ketika kita tidak menyadari telah memberikan ketauladanan. Artinya, kita sudah benar-benar menerapkan dalam diri kita apa yang akan menjadi contoh bagi putra-putri kita.

Memang kondisi saat ini membuat banyak orang tua harus lebih berjuang dan bersabar ketika mendampingi putra-putrinya belajar di rumah. Adalah karunia yang teramat besar, karena dengan demikian kita diberikan kesempatan secara langsung untuk menanam amal jariyah yang akan kita panen selamanya.

Tidak mudah, tidak gampang. Iya, benar. Amat tidak mudah dan tak gampang. Karena Ini pekerjaan yang amat besar, dampaknya sampai ke akhirat. Investasi yang sangat menguntungkan untuk dipanen di akhirat nanti. Jadi, bersabarlah.

Mari kita nikmati episode ini dengan penuh syukur, jangan ada terbesit di hati merasa terbebani dengan adanya putra-putri di rumah. Ada waktunya mereka akan lebih banyak di luar rumah atau bahkan meninggalkan kita.

Ya,.. ada waktunya mereka akan lebih suka bermain dengan temannya dibanding kita orang tua nya. Ada waktunya mereka akan lebih sibuk dengan pekerjaannya dibandingkan sibuk menemani kita. Ada waktunya mereka akan lebih sering bersama keluarga barunya, dibanding dengan kita orang tuanya, bahkan ada waktunya kita atau mereka yang akan pergi selamanya.

Maka, kesempatan kebersamaan ini benar-benar harus kita nikmati, kita syukuri. Jangan ada api kekesalan di rumah kita selama mendampingi mereka. Bukankah, kita banting tulang bekerja juga dalam rangka ingin membahagiakan mereka? Jangan jadikan alasan bekerja sebagai alat memperbolehkan kita untuk melupakan kebersamaan ini.

Salam hangat dari Hati untuk diri pribadi.

Achmad Akrom, S.Kom.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *