BAGIAN HIJRAH DI JALAN ALLAH TA’ALLA
ADZKIA— Setahun lebih para santri SMP-SMA Adzkia Islamic School melaksanakan kegiatan pembelajaran dari rumah. Tak jarang dari mereka beserta orang tua mendambakan kegiatan di pesantren.
Sampailah pada pekan awal bulan Agustus 2021 dilaksanakan kegiatan Program Pesantren Tatap Muka (PPTM) secara bertahap. Para santri mulai hijrah dari rumah menuju pesantren. Hampir sebagian besar, santri SMP Adzkia baru pertama kali merasakan kehidupan di pesantren. Oleh karena itu, tak jarang dari mereka merasakan ‘home sick’.
Kondisi yang serupa dialami para orang tua santri, ada rasa kekhawatiran bagi orang tua untuk melepas putra-putrinya ke pesantren. Utamanya untuk para orang tua yang tidak pernah jauh dari putra-putrinya dan baru merasakan pendidikan kepesantrenan.
Momentum hijrahnya santri dari rumah ke pesantren ini bertepatan dengan bulan Muharram 1443 Hijriyah. Olehkarena itu, panitia SMP-SMA Adzkia menggagas kegiatan Sharing dan Parenting dengan tema Semangat Hijrah Demi Hidup Lebih Indah pada Sabtu (28/8) secara daring.
Kegiatan ini sebagai ajang menguatkan para santri dan orang tua melepas putra-putrinya ke pesantren. Dewan Lajnah Syariah, Ustaz Mulyadi Al Fadhil, S. Sos., I., M. Pd. berkesempatan berbagi ilmu terkait dengan hal tersebut.
Kepala Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Daarut Tauhiid Bandung ini menyampaikan bahwa orangtua harus ikhlas meninggalkan anak di pesantren dengan keyakinan bahwa hanya Allah Swt. sebagai tempat bergantung dan berharap. Allah yang akan menjaga anak-anak di selama pesantren.
Para orang tua dan santri juga harus punya keyakinan bahwa di pesantren itu sedang berjuang untuk bertahan dengan segala macam pelatihan, tempaan, penugasan, hafalan, kemandirian, dan kedisiplinan. “Di sinilah bagian jalan hijrah di jalan Allah ta’alla, yaitu hijrah dari kebodohan kepada ilmu. Ingat nasihat Imam Syafi’i bahwa jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan. Artinya apa? Berletih dahulu agar dapat manfaat masa depan yang baik.”
Sesungguhnya pesantren tidak dapat mengubah begitu saja santri-santrinya, diperlukan doa dari orang tua untuk putra-putrinya, serta kepercayaan orangtua bahwa semua yang santri dapatkan di pondok adalah bentuk pembinaan. Wallahu’alam bishowab. (Mega)