Menjemput Mimpi dengan Pertolongan Alloh Swt.
Rena Ummun Zahra Bustomi merupakan alumni SMP Adzkia Islamic School. Rena, begitu sapaan akrabnya, sudah memiliki mimpi besar yang ia pupuk sejak kelas 5 SD. Perempuan kelahiran Sragen, 3 Februari 2002 ini bermimpi, suatu saat nanti akan kuliah di Universitas Gajah Mada (UGM)Yogyakarta. “Kalau ke Jogja, Papa selalu ajak main ke UGM dan solat di masjidnya”, ujar Rena saat diwawancarai.
Anak kedua yang terlahir dari pasangan Imam Busthomi dan Heni Sri Suyati ini mulai menyadari dan mulai serius dengan mimpinya tersebut saat duduk di kelas 9 SMP. Keseriusannya tersebut dibuktikan dengan mulai mencari tahu tentang informasi fakultas dan jurusan apa saja yang tersedia di UGM. Setelah ia mengetahui tersebut, barulah ia berpikir sebelum lulus dari SMP, ia harus mendapatkan sekolah yang setidaknya memiliki catatan ‘baik’. Kriteria ‘baik’ versi Rena adalah lulusan sekolah tersebut sudah banyak yang melanjutkan ke perguruan tinggi negeri. Kriteria lainnya datang dari keinginan kedua orangtua Rena yang mewajibkan ia harus mondok. Syarat itu mutlak dan tidak dapat diganggu gugat. Akhirnya, SMA Trensains Muhammadiyah Sragen lah yang menjadi tempat paling representatif untuk semua itu.
Perempuan yang memiliki hobi membaca novel, belajar bahasa asing, dan pernah menjabat Koordinator Klub Bahasa SMA Trensains Muhammadiyah Sragen ini sadar, jika impiannya memasuki perguruan tinggi paling bergengsi di Kota Pelajar tersebut tidaklah mudah. Demi mewujudkan hal tersebut, ia rela mengorbankan dirinya harus jauh dari kedua orangtua, waktu main, serta merasa jauh dari teman-teman karena jarang berkomunikasi. “Rena di Sragen, teman-teman lainnya banyak di Tangerang Selatan. Jarang juga pegang handphone kalau di pondok. Bahkan, kalau di pondok itu saya sering dibilang orang gila belajar. Ya, mau gimana saya juga mau sih main , nongkrong. Tapi keinginan saya kuliah di tempat yang saya inginkan itu lebih besar dari rasa ingin main saya. Gak apa deh, sementara harus bersakit-sakit dahulu. Saya sadar akan selalu ada harga yang harus ‘dibayarkan’ demi mimpi. Artinya, pasti akan ada beberapa yang harus dikorban.”, jelas Rena.
Ia sadar sebagai manusia yang lemah tanpa pertolongan Alloh swt. mimpinya bukanlah apa-apa. “Rena harus punya amalan pamungkas. Puasa Daud di kelas 12 lebih intens. Terus, kalau misalnya sedang berhalangan, biasanya menjelang buka puasa Rena dekat-dekat dengan teman yang sedang puasa. Selalu minta didoakan supaya bisa kuliah di UGM. Oiya, pernah baca juga di salah satu buku tapi lupa apa judulnya. Tapi bunyi kalimatnya begini Kalau punya cita-cita yang besar, tapi cita-cita itu tidak bisa membangunkan kita untuk tahajud berarti cita-cita itu tidak sungguh-sungguh.” tambah jelasnya kepada tim buletin Adzkia.
Sekali lagi Rena sadar, tanpa pertolongan cita-cita itu bukan apa-apa, selain puasa daud, solat tahajud. Meminta pertolongan Alloh swt. itu ia lakukan dengan menjaga silaturahmi kepada guru-gurunya dari TK, hingga SMA. “Selain ridho dari orangtua, ridho dari guru-guru juga yang mungkin memudahkan langkah Rena mewujudkan mimpi. Sering main ke sekolah, atau menjalin komunikasi via whatsApp. Setiap bersilaturahmi itu, saya sering minta didoakan. Kita jangan sombong kalau hanya mengandalkan doa kita sendiri. Karena kita tidak tahu doa siapa yang sampai terangkat ke ‘Arsy-Nya.” pungkas Rena sebelum berakhirnya wawancara.
Di tahun 2018, tepat setahun sebelum ia berhasil terdaftar menjadi salah satu mahasiswa UGM. Ia sempat solat di masjid kampus tersebut. Berbisik lewat sujudnya “Ya Alloh, Semoga Rena tahun depan solat di sini lagi sudah menjadi mahasiswa UGM”, pintanya lirih. Qodarulloh, biidznillah, mimpi itu jadi nyata di tahun 2019. Rena masuk lulus sebagai mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F-MIPA) di Jurusan Fisika Murni, melalui jalur Seleksi Ujian Tulis.
Begitulah Alloh swt., akan melihat bagaimana seorang hambaNya berjuang. Manjadda wa jadda yang artinya siapa yang bersungguh-sungguh dia akan mendapatkan hasil. Where there is a will, there is a way. Di mana ada kemauan, pasti di situ ada jalan. Semoga tokoh kali ini menginspirasi sahabat-sahabat Adzkia.