Hadiah surga untuk Ayah. Semoga…

0 Comments

Sang malam pergi menitipkan sebagian bumi pada pagi. 

Bulan telah kembali keperaduannya, bergantian dengan mentari untuk berjaga. 

“Ayaah, aku berangkat kuliah dulu yaa.” sambil mengulurkan tangannya Nissia pamit pada ayahnya. Tak biasanya ayah menatap lama wajah anak bungsunya itu sambil menahan tangan Nissia. 

“Mana jilbabmu, Nak. Kenapa tidak kau kenakan?” 

Nissia tertegun, karena tidak biasanya Ayah menegurnya tentang urusan pakaian, terlebih jilbab. 

“Ayah,sejak kapan ayah melihatku pakai jilbab? Bukankah setiap hari aku berpakaian seperti ini, Yah?” jawab Nissia heran sambil melihat dirinya yang berpakaian kaos plus celana jeans. 

Ayah menatapnya dengan tatapan lembut penuh kasih sayang. 

“Nak, taukah kamu setiap kamu pamit, Ayah selalu mengkhawatirkanmu. Khawatir dari kejahatan di luar sana. Kalau saja, Ayah mampu menjagamu siang-malam Nak, tapi apa daya, Ayah hanya bisa kirimkan doa pada Sang Maha Kuasa untuk menjagamu.” 

“Ayah…..”, belum sempat Nissia melanjutkan ayah kembali berbicara, 

“Nak, Usia Ayah sudah semakin menua. Tadinya, Ayah ingin kau sadar dengan sendirinya. Tapi, ayah tunggu kau tidak juga berubah. Ayah takut, ajal ayah lebih dulu dipanggil olehNya sebelum Ayah melihatmu menjadi muslimah seutuhnya. 

Nak, Ayah mencintaimu. Sangat mencintaimu. Ayah yakin kamu juga mencintai Ayah. Maka, tolong ayah dengan akhlak terbaikmu, Nak. Akhlak muslimah sholihah. Akhlak yang mampu menahan Ayah dari pedihnya siksa neraka. Akhlak yang dapat menambah amalan ayah sebagai orangtuamu ke syurga. Akhlak yang dapat mempertemukan kita kembali di JannahNya. 

Nak, dunia ini hanya sementara. Tempat singgah yang sungguh hanya sebentar dengan kehidupan kekal sebenarnya nanti. 

Di akhirat Nak. Akhirat yang hanya ada 2 pilihan kita untuk memasukinya. 

Bahagia karena nikmat syurga. 

Atau nelangsa karena siksa neraka.” 

Tak terasa pipi Nissia basah. Sesekali terdengar isak darinya. 

“Ayah, maafkan Nissia. Maafkan Nissia karena telah membuatmu sedih dan harap yang tak kunjung realita. Maaf Ayah. Maafkan Nissia yang kurang peka dengan apa yang Ayah rasa. Maafkan Nissia yang selalu membuatmu cemas tanpa Nissia pernah berpikir kalau Ayah selalu khawatir. 

Ayah, Nissia mencintaimu. Nissia ingin bersamamu kembali di syurga. Bersama ibu dan semua orang yang Nissia cintai. Terimakasih Ayah. Terimakasih sudah memberi cinta sebenar-benarnya cinta. 

Mulai sekarang, Nissia akan betul betul mencintai Ayah, dengan bersungguh sungguh menjadi muslimah sholiha” 

Haru memecah suasana. Ayah mengecup dahi Nissia dengan kasih sayang seutuhnya. 

“Alhamdulillah, terimakasih, Sholiha. 

Jilbabmu bukti takwa, agar Allah makin cinta.” 

Nissia pun kembali ke kamar. Berganti pakaiannya dengan gamis dan jilbab, hadiah ayahnya tahun lalu. 

“Sesungguhnya dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholiha.” (HR. Muslim) 

Penulis,

Trias Jayanti, S.Pd.

Assatidzah SMP Adzkia Islamic School

0Shares

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *